Ulasan Buku Gagal Menjadi Manusia (karya Dazai Osamu)

Reviewer: Wulan Adiesty A. P.

Gagal Menjadi Manusia terbit di Jepang beberapa tahun setelah Perang Dunia II usai. Buku ini dianggap sebagai karya wasiat dari sang penulis karena ditulis dengan gaya semi-autobiografi dan sempat mengundang berbagai kontroversi. Buku yang sempat menjadi perbincangan di kalangan pembacanya ini mengangkat tema kesehatan mental yang sebagian besar konfliknya berasal dari dalam diri tokoh utama, yaitu Oba Yozo.

JudulGagal Menjadi Manusia (Judul asli: 人間失格 Ningen Shikkaku)
PenulisDazai Osamu
PenerbitPenerbit Mai (terbit tahun 2020)
Tebal buku156 halaman (ukuran 13x19cm)
ISBN9786237351306

Ringkasan

Gagal Menjadi Manusia mengisahkan tentang laki-laki bernama Oba Yozo dalam menjalani kehidupan pada saat ia sendiri masih tidak mengerti mengenai apa itu kehidupan manusia yang sebenarnya. Selama hidup, Yozo selalu merasa takut dan gelisah terhadap manusia, bahkan pada keluarganya sekalipun. Hal ini dikarenakan menurutnya manusia terasa membosankan dan baginya, mekanisme kehidupan manusia berada di luar nalar. Yozo hanya bisa melawak untuk menutupi kegelisahannya. Ia sendiri menyebutnya dengan ‘melayani para manusia’. Dengan cara ini ia bisa melewati masa sekolah dasar dan sekolah menengahnya secara normal di depan manusia lain.

Menuju dewasa Yozo semakin mengalami masa hidup yang berat, tepatnya setelah ayahnya turun dari jabatan politisi dan mengharuskan Yozo hidup mandiri di Tokyo. Di usia 20-an melawak bukan lagi solusi untuk melindungi diri dari rasa kegelisahan terhadap manusia. Akhirnya ia pun memilih minuman keras sebagai cara lain. Berbagai fase kehidupan manusia ia jalani dalam mencari ‘kebenaran’ di dunia. Mulai dari ikut gerakan Marxisme secara ilegal, kecanduan minuman keras, masuk bui karena dituduh membantu upaya bunuh diri, hingga fase datang dan perginya perempuan yang membuat pandangannya terhadap perempuan berangsur memudar.

Bersama Horiki—salah satu pria yang Yozo anggap dekat dan ‘mirip’ dengannya, mereka membuat lukisan dan sering menghabiskan waktu bersama untuk minum-minuman keras. Walau dekat, tak ada satu pun yang benar-benar bisa memahami Yozo dengan baik. Semua orang menganggapnya sebagai anak yang beruntung dan anak baik. Sebaliknya, Yozo menganggap dirinya sendiri berdosa hingga membuat laki-laki itu merasa bersalah akan orang disekitarnya. Gagal menjadi manusia merupakan sebutan pada fase akhir Yozo dalam menjalani hidup. Semua orang yang normal berhasil menjadi manusia, sedangkan ia yang bila tidak menutup diri dengan lawakan dan kepribadian palsu akan disebut gila oleh orang lain dan menjadi gagal. Pada akhirnya bagi Yozo kebenaran hanyalah segala sesuatu yang berlalu. Kehidupan manusia yang ia lalui dengan rasa menyiksa hanyalah sesuatu yang berlalu.

Menurut saya, karya ini sangat menarik dan unik. Pada awalnya saya memang kurang paham pada isi novel karena pemikiran tokoh utama yang terlalu rumit. Namun, setelah membaca secara perlahan, saya mulai paham mengenai kisah Oba Yozo. Walau terkesan dapat menarik emosional para pembaca, novel ini cocok dibaca bagi para pemerhati kondisi mental. Novel ini kurang cocok bagi pembaca yang kondisi psikisnya sedang tidak stabil. Hal ini dikarenakan penulis mampu membawa pembaca masuk ke dalam jalan pikir tokoh.

Pemilihan diksi yang mendukung juga membuat pembaca larut dalam kisah emosional Yozo saat itu. Namun, saya yakin pembaca yang kritis dapat menjadikan karya ini sebagai bahan evaluasi atas dirinya sendiri dalam memandang dunia, khususnya untuk para manusia yang butuh pemahaman akan dunia seperti Yozo.

Dari karya ini, saya rasa perlu untuk memahami manusia lain secara mendalam karena saya yakin bahwa sosok seperti Yozo mungkin masih ada di belahan dunia manapun. Mereka yang memang memiliki masalah di dalam dirinya seharusnya memiliki tempat yang baik di dunia ini. Tempat tersebut bisa jadi kesederhanaan yang mereka anggap sebagai tujuan hidup manusia. Orang lain memiliki tujuan dan arah hidupnya sendiri, bahkan sejak mereka dididik di sekolah dasar. Namun, sosok seperti Yozo harus selalu dibimbing, setidaknya hingga ia tidak merasa takut akan luasnya dunia dan beragamnya manusia yang selalu kita temui.

Karya Mandiri Mesiu: Puisi “Belum Selesai”

Belum Selesai

Luthfi Dwi Rahmayanti

Kurajut harapan menjadi susunan jalan yang aman

Namun, ini tak menjamin keselamatan

Asaku hancur di perjalanan

Membuat hati ini berkecamuk tak karuan

Rasanya sakit, begitu menyesakkan

Jiwa ini lelah, raga ini ingin sudah

Tak ada hari yang membuat sumringah

Yang ada hanya diri yang payah

Aku menyerah…

Telingaku berdenging

Kepalaku tak bergeming

Ternyata itu hanya mimpi

Aku hanya lelah, tidak menyerah

Ini belum selesai

Masih ada ribuan jalan yang dapat dilewati

Hidup yang kujalani

Kuringkas dalam memori

Sakit dan pahit kujadikan kekuatan

Sembari kucatat langkah bahagia di perjalanan